Dalam aktivitas keuangan, pasti kita tidak dapat terlepas dari aktivitas pelaporan transaksi dengan tujuan agar transaksi yang telah dilakukan dapat terekam dengan baik agar kemudian hari jika dibutuhkan sudah ada da. Pelaporan tersebut dikenal dengan istilah Akuntansi. Akuntansi diperkenalkan oleh seorang bernama Luca Pacioli pada 1494 dimana beliau menjelaskan bahwa dalam menjamin informasi keuangan dibutuhkan sistem pencatatan yang efisien dan akurat.
Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), dipaparkan mengenai pengertian akuntansi sebagai berikut.
Akuntansi adalah kegiatan atau proses pencatatan (record), penggolongan (classifying), peringkasan (summarizing) transaksi-transaksi keuangan yang terjadi pada suatu organisasi dan melaporkan/menyajikan (report) serta menafsirkan (interpret) hasilnya.
Akuntansi di Indonesia mulai diperkenalkan pada tahun 1907 melalui pengenalan sistem auditing untuk menyusun serta mengontrol pembukuan perusahaan. Namun, sistem ini tidak dapat dijalankan oleh masyarakat Indonesia hingga masa penjajahan berakhir sehingga masyarakat masih menggunakan sistem kontinental yang diperkenalkan oleh Belanda yang penggunaan sistemnya tidak sama dengan akuntansi.
Sistem akuntansi baru mulai digunakan oleh masyarakat Indonesia pada tahun 1945 ketika Belanda tidak lagi menjajah Indonesia dengan lahirnya akuntan lokal salah satunya Prof. Dr. Abutari yang menjadi satu-satunya akuntan berbangsa Indonesia hingga 1947. Pada masa itu, jumlah akuntan lokal masih sangat sedikit sehingga terjadi kelangkaan disebabkan adanya upaya nasionalisasi perusahaan Belanda sehingga menyebabkan berpindahnya orang-orang Belanda yang bekerja di perusahaan tersebut.
Upaya mengenalkan akuntansi kepada masyarakat Indonesia dilakukan dengan pembukaan program studi Akuntansi seperti Program Studi Akuntansi Universitas Indonesia pada 1952 hingga pembentukan perguruan tinggi yang berfokus pada keuangan seperti Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)-kini dikenal Politeknik Keuangan Negara STAN (PKN STAN).
Pada rentang tahun 1960an hingga 1980an, kualitas pelaporan masih berantakan sehingga pada masa itu ada banyak sekali masalah yang dihadapi seperti adanya kesalahan tidak langsung hingga kurangnya keterbukaan informasi akuntansi sehingga mempengaruhi kepercayaan investor pada saat itu. Dengan demikian, pada era 1990an, Pemerintah mengadakan pengembangan sistem akuntansi nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan pada perusahaan yang beroperasi di Indonesia.
Banyak pihak yang menyebutkan bahwa seorang akuntan pada masa mendatang tidak lagi dibutuhkan sebab adanya teknologi yang akan menggantikan. Namun pada faktanya, seorang akuntan masih dibutuhkan sebab sebuah sistem akuntansi tidak selamanya dapat dijalankan sendiri oleh teknologi tanpa pantauan seorang akuntan sebab metode teknologi memungkinkan pelaporan yang dilakukan terdapat kesalahan atau fraud sehingga perlu kiranya untuk dipantau manual oleh manusia sembari teknologi turut digunakan.
Guru Besar Ilmu Akuntansi Binus University Prof. Toto Rusmanto pada orasi ilmiahnya menyampaikan bahwa seorang akuntan harus meningkatkan kemampuan dirinya dengan terus mengupdate dirinya dengan kemajuan teknologi. Salah satu perusahaan big-four akuntansi Pricewaterhouse Coopers (PwC) mengadakan digital accelerator dengan harapan seorang akuntan diharapkan tidak hanya paham mengenai akuntansi saja, namun juga harus paham mengenai analisis data, pemanfaatan Artificial Inteligence (AI), serta Machine Learning.
Pengembangan teknologi dalam dunia akuntansi juga perlu diperkenalkan kepada mahasiswa sedari dini. Hal ini telah dilakukan oleh Binus University. Pada paparan orasi ilmiah Prof. Toto Rusmanto disebutkan bahwa Binus University pada tahun 2018 membuka program studi Akuntansi yang berorientasi terhadap penguasaan teknologi akuntansi. Pada program studi tersebut disamping mata kuliah inti akuntansi sejumlah 46 SKS, diberikan juga mata kuliah seputar teknologi akuntansi dengan jumlah SKS sebesar 30 SKS. Pada 30 SKS tersebut akan diberikan pemahaman mengenai analisis data, teknologi blockchain, serta Enterprise Resource Planning (ERP) yang merupakan sistem terintegrasi dari akuntansi.
Maka dengan demikian, tidak relevanlah pernyataan yang menyebutkan bahwa ilmu akuntansi tidak relevan lagi di masa mendatang sebab teknologi dapat diterapkan pada pencatatan akuntansi namun dengan pengembangan ilmu pengetahuan mengenai teknologi terbarukan pada diri akuntan serta seorang akuntan harus terus mengupgrade dirinya agar tidak tertinggal oleh perubahan zaman yang sangat pesat disebabkan globaliasi pada masa ini.
Referensi
- Hanafi dan Hisnol Jamali. 2021. Pengantar Akuntansi (Proses Akuntansi Jasa, Dagang, Manufaktur) Dilengkapi Contoh Kasus dan Penyelesaiannya Serta Soal Praktik. Sleman: Deepublish Publisher. Diakses 23 Januari 2024 dari https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/177228/buku-pengantar-akuntansi-proses-akuntansi-jasa-dagang-manufaktur-dilengkapi-contoh-kasus-dan-penyelesaiannya-serta-soal-praktik.html
- Rusmanto, Toto. 2022. Orasi Ilmiah "Penguasaan Teknologi Akuntansi dan Penguatan Nilai Relijiusitas Untuk Menjadi Akuntan yang Tangguh dan Berintegritas di Era Industry 4.0". Jakarta: Binus University. Diakses pada 23 Januari 2024 dari https://binus.ac.id/wp-content/uploads/2022/03/Orasi-Prof.-Toto-R-14-Maret-2022-FA.pdf
- Kemajuan Teknologi Membuat Akuntan Semakin Dibutuhkan. 2021. Diakses 23 Januari 2024 dari https://accounting.uii.ac.id/kemajuan-teknologi-membuat-akuntan-semakin-dibutuhkan/
0 Komentar