Belakangan publik dihebohkan dengan adanya peretasan yang dilakukan oleh seorang hacker Brain Chiper yang meretas Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) pada 20 Juni 2024. Para hacker meminta agar membayar sebesar Rp131 miliar untuk menebus hacker tersebut agar mau mengembalikan data-data esensial yang diretas oleh Brain Chiper.
Terdapat dugaan bahwa PDNS tersebut hanya dilindungi oleh Microsoft Defender saja. Tentu hal tersebut sangat disayangkan mengingat data yang disimpan pada PDNS adalah data-data penting negara seperti data keimigrasian hingga data pendaftaran Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K) yang penting digunakan untuk pendaftaran masuk perguruan tinggi serta data-data esensial lain yang menyangkut rahasia negara.
Berkaca dari kasus ini, terdapat sebuah usulan agar matra siber TNI dapat dibentuk untuk merespons isu serupa di masa mendatang. Usulan tersebut pertama kali diungkapkan oleh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Andi Widjajanto. Ia menyatakan bahwa matra siber dibutuhkan sebagai antisipasi ancaman siber di Indonesia dengan kendali operasional di bawah Perwira TNI Bintang Tiga.
Angkatan siber saat ini sudah mulai bermunculan di beberapa negara, salah satunya Singapura. Pada tahun 2022, Singapore Armed Forces (SAF) membentuk The Singapore Digital and Intelligence Service (DIS) sebagai respons atas keamanan siber yang kian lama kian mengkhawatirkan sehingga sedari dini perlu dilakukan antisipasi agar jika keamanan siber merebak maka unit yang akan merespons sudah siap. DIS menggunakan warna abu-abu sebagai warna matra dengan makna melambangkan tekad teguh untuk meningkatkan semua operasi di seluruh matra dan memberdayakan integrasi pada internal SAF.
Dengan demikian, penulis memberi usul tambahan untuk pembentukan matra siber adalah matra siber lebih baik disejajarkan kelembagaannya dengan TNI/Polri dengan kepala staf siber memiliki pangkat setara dengan Panglima TNI dan Kapolri yakni Jenderal. Hal tersebut penulis usul sebab siber lebih banyak berurusan dengan dunia maya dan perangkat operasional mereka adalah komputer sehingga menurut penulis, personel tidak banyak berurusan dengan senjata dan lebih baik matra siber berdiri sendiri dan sejajar dengan TNI/Polri. Namun, personel juga perlu dilatih kecakapan fisiknya dengan pelatihan yang menambah endurance personel sehingga apabila ada operasi lapangan personel sudah siap untuk diterjunkan dengan koordinasi bersama TNI/Polri.
Referensi:
0 Komentar