Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau yang kini dikenal dengan nama Whoosh telah diresmikan operasionalnya pada 2 Oktober 2023, bertepatan dengan Hari Batik Nasional. Namun, kereta cepat tersebut sebenarnya sudah operasional terbatas sejak 18 September 2023 dalam rangka ujicoba terbatas. Alhamdulillah, saya mendapat jatah untuk mengikuti ujicoba tersebut pada Jum'at, 22 September 2023 alias bertepatan dengan minggu pertama saya memulai kuliah.
Pada saat itu, terdapat 2 rangkaian perjalanan yaitu jam 09.00 WIB dan 14.00 WIB. Pada hari tersebut, saya mengambil jadwal di pagi hari yaitu jam 09.00 WIB agar lebih santai. Penumpang diminta untuk hadir di stasiun sejam sebelumnya, yang berarti idealnya saya sudah harus tiba di stasiun pukul 08.00 WIB. Saya memulai perjalanannya sejak pukul 07.00 WIB dari asrama kampus menuju ke Stasiun Tegalluar di Gedebage, Bandung. Untuk papan penunjuk arah Stasiun Tegalluar sudah disediakan di sekitar Gedebage sehingga tidak bingung untuk mencari arahnya.
Saya tiba di stasiun pada pukul 07.40 WIB. Saat itu, sudah cukup banyak penumpang yang tiba di stasiun dan berkumpul di depan pintu keberangkatan di lantai 2. Saat saya sudah di lantai 2, saya langsung mengambil foto interior stasiun dan pemandangan sawah di luar stasiun yang mungkin dalam 5-10 tahun mendatang sudah berubah menjadi bangunan Transit Oriented Development (TOD) alias menjadi pusat transit sekaligus pusat perbelanjaan.
Penumpang baru dipersilahkan masuk pada pukul 08.00 WIB, saat itu penumpang diminta untuk menunjukkan bukti registrasi dan KTP untuk divalidasi dan kemudian mendapatkan stiker yang dipasang di baju penumpang. Setelah divalidasi, penumpang akan dicek barang bawaannya apakah membawa korek api atau tidak. Setelah pengecekan barang, penumpang diminta untuk masuk ke ruang tunggu yang ada di lantai 3. Saya sangat terkejut apabila melihat interior ruang tunggunya yang sangat besar dan luas layaknya di bandara.
Setelah menunggu, pada jam 08.30 WIB penumpang sudah dipersilahkan masuk ke dalam gerbong kereta dan menempati kursi yang sudah ditentukan melalui tiket yang sudah diterima melalui email. Kesan pertama saya ketika naik kereta cepat ini adalah bau yang berbeda dibandingkan ketika menaiki kereta buatan Jepang (baca: MRT dan KRL) atau kereta buatan INKA. Biasanya, pada kereta buatan Jepang dan INKA langsung disambut dengan hawa dingin gerbongnya. Tetapi, pada kereta ini saya tidak merasakan hawa yang sama.
Sangat disayangkan, masih ada beberapa penumpang yang mungkin belum menyadari bahwa pada tiketnya sudah ditentukan kursinya tetapi tidak duduk di tempat yang sudah ditentukan. Alhasil ada saja penumpang yang duduk bukan ditempat sebenarnya, tetapi hal ini tidak perlu dipermasalahkan sebab okupansi kereta pada saat itu (di gerbong saya) tidak penuh 100%.
Jam 08.59 WIB kereta berangkat dan beberapa detik setelah jalan langsung terasa dorongan yang menandakan bahwa kereta sedang menambah kecepatan. Sehingga dalam waktu kurang dari 3 menit kereta sudah mencapai kecepatan 140-150km/jam alias sudah melebihi kecepatan KA pada umumnya. Namun, kereta belum mengambil kecepatan maksimum saat perjalanan dari Stasiun Tegalluar menuju Stasiun Padalarang karena letak relnya yang cukup dekat dengan tempat ramai.
Dalam waktu kurang lebih 15 menit, kereta berhenti sejenak di Stasiun Padalarang tetapi tidak boleh naik/turun di stasiun tersebut karena masih dalam proses finishing. Tak lama kemudian, kereta diberangkatkan kembali langsung menuju Stasiun Halim di Jakarta tanpa pemberhentian di Stasiun Karawang. Sejak keberangkatan dari Stasiun Padalarang, kereta mulai menempuh kecepatan maksimum yaitu 350km/jam dan kecepatan tersebut terasa saat melewati Stasiun Karawang dan papasan dengan kereta disebelahnya yang hanya bertemu 3-5 detik saja.
Setelah 45 menit perjalanan, pada 09.45 WIB kereta tiba di Stasiun Halim, Jakarta. Pemandangan saat memasuki wilayah Bekasi disambut dengan Tol MBZ aka Japek Elevated. Penumpang yang akan mengikuti rangkaian pulang ke Tegalluar tidak diperbolehkan untuk keluar area stasiun dan diberi kesempatan untuk berfoto dengan "moncong" kereta asal di tempat yang aman. Selang 15 menit kemudian, pada pukul 10.00 WIB penumpang yang akan kembali ke Tegalluar dipersilahkan untuk masuk kembali ke rangkaian dan tetap duduk di nomor yang ditentukan. Bedanya, arah duduknya menyesuaikan dengan lajunya kereta. Sehingga suasana yang didapatpun juga berbeda dibanding dari Bandung ke Jakarta.
Pukul 10.30 WIB kereta sudah berjalan kembali ke arah Timur yaitu ke arah Bandung. Durasi perjalanan juga sama, yaitu 45 menit termasuk pemberhentian sejenak di Stasiun Padalarang. Pada perjalanan ini, saya lebih banyak menikmati dibandingkan mengabadikan momen. Tak lama, pukul 11.15 WIB kereta sudah tiba kembali di Stasiun Padalarang. Sesaat setelah kereta berhenti, saya langsung bersiap untuk turun dan ke arah moncong kereta untuk berfoto bersama moncong tersebut.
Ketika kepulangan dari Stasiun Tegalluar, terdapat kesulitan dalam mendapatkan driver ojek online. Ojek online rerata tidak mengambil pesanan dari Stasiun Tegalluar. Alhasil, saya tinggalkan Stasiun Tegalluar menggunakan shuttle gratis dari Damri dan turun di Masjid Al-Jabbar untuk menunaikan Sholat Jum'at. Setelah Sholat Jum'at, saya kemudian makan siang dan meneruskan perjalanan ke Pusat Kota Bandung menggunakan KA Lokal/Commuter Line Bandung Raya dari Stasiun Cimekar ke Stasiun Bandung untuk healing sejenak dari perkuliahan yang rupanya "tak terduga-duga".
Kesan pertama saya ketika naik KCJB adalah peformanya yang kencang dan ketepatan waktu yang sesuai dengan yang dijanjikan. Kursi kelas ekonomi premium yang pada saat saya pertama kali duduki juga terlalu tegak sehingga saya perlu rebahkan sedikit sandarannya supaya lebih nyaman ketika duduk. Namun, satu hal yang perlu pihak Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) benahi adalah permasalahan terkait pendingin yang kalau bisa lebih dingin lagi walau ketika saya naik sudah merasa dingin dan penyediaan transportasi pengumpan terutama dari Stasiun Tegalluar atau Stasiun Karawang yang sekiranya Dishub boleh membuka koridor baru Trans Metro Pasundan dari/ken Tegalluar menuju kota dan layanan sejenis untuk Stasiun Karawang yang saya lihat cukup jauh dari pusat kotanya. Semoga layanan kereta cepat ini dapat membantu mobilisasi warga Jakarta, Bekasi, Karawang, Bandung, & sekitarnya serta dapat meningkatkan ekonomi warga sekitarnya.
0 Komentar