Jakarta kembali ditunjuk sebagai tuan rumah seri balapan mobil listrik Formula E pada tahun 2023. Dan merupakan pertama kalinya Jakarta menyelenggarakan Formula E dalam 2 ronde. Yakni pada ronde 10 dan ronde 11. Hal tersebut bisa terjadi karena animo masyarakat pada tahun 2022 yang sangat tertarik dengan balapan ini sehingga FIA memutuskan agar Jakarta ePrix diadakan double header.
Ketika penulis menyaksikan balapan Formula E, tentu jika dibandingkan dengan menonton Formula 1, saya akui bahwa kini Formula E lebih seru dan lebih menarik dibandingkan Formula 1. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Simak beberapa poin berikut.
- Sirkuit Formula E diadakan semi street race (jalan raya)
- Penyelenggaraan Formula E melalui format semi street race di Ancol yang memiliki pemandangan yang indah dan karakter sirkuit yang berbeda dibanding sirkuit permanen seperti Mandalika atau Sentul. Dimana Ancol memiliki sirkuit yang jauh lebih sempit dan pendek dibanding Mandalika atau Sentul. Selain itu, Ancol juga memiliki banyak tikungan yang tajam sehingga dapat menarik perhatian masyarakat apabila ada saja pembalap yang mengalami crash atau terjadi overtake di tikungan tersebut.
- Kerangka mobil yang disamakan namun berbeda komponen mesin
- Mobil yang digunakan pada balapan Formula E mempunyai kerangka yang sama diantara semua tim yang terlibat. Namun, pada bagian komponen mesin, setiap tim mempersiapkan mesinnya sesuai kebutuhan dan target yang diinginkan masing-masing tim pada tiap seri balapan yang akan dijalani. Sehingga tidak ada "diskriminasi" sesama tim seperti di F1 dimana setiap tim memproduksi sendiri semua bagian mobilnya sehingga menguntungkan tim-tim besar seperti RedBull atau Ferarri karena memiliki modal yang besar untuk memproduksi sendiri mobilnya.
- Pembalap yang memenangkan seri balapan beragam
- Berbeda dengan F1, sejak mesin turbo V6 diperkenalkan pada 2014, tim Mercedes mendominasi penuh musim F1 pada 2014 hingga mulai bertumbang pada 2021 ketika Max Verstappen menjadi Juara Dunia F1 setelah balapan sengit di Abu Dhabi melawan Lewis Hamilton karena sama-sama memiliki poin yang sama saat balapan Abu Dhabi berlangsung. Lalu berlanjut musim berikutnya di 2022 dimana RedBull menjadi Juara Konstruktor bersamaan Verstrappen kembali jadi Juara Dunia sehingga kebanggaan Mercedes F1 Team menjadi sirna.
- Sangat berbeda jauh ketika kita menyaksikan balapan Formula E yang mempunyai kerangka mobil yang sama (baca poin 2) sehingga jarak antar pembalap berdekatan sehingga pembalap mempunyai kesempatan yang sama untuk saling overtake untuk menjadi pemenang. Dan pemenang setiap balapan pun beragam. Misalnya pada seri Mexico City dimenangkan Jake Dennis, double header Diriyah dimenangkan Pascal Wehrlein, lalu di Hyderabad dimenangkan Jean Eric Vergne dan di Cape Town dimenangkan Antonio Da Costa.
Untuk penyelenggaraan di Jakarta, penulis mengapresiasi panitia penyelenggara. Karena persiapannya jauh lebih baik dibanding sebelumnya, seperti lebih banyak sponsor yang terlibat, misalnya Gulavit yang menjadi sponsor utama Jakarta ePrix sehingga mereknya dijadikan branding tambahan dan nama serinya menjadi "Gulavit Jakarta ePrix". Kemudian, tidak adanya huru-hara politik seperti pada tahun 2022 yang menyebutkan bahwa Formula E diadakan sebagai proyek politik oleh suatu partai. Sehingga antusiasme penonton terhadap Jakarta ePrix meningkat.
0 Komentar